Minggu, 21 Maret 2010

Istri Pemain Kartu (Bagian 2) (Karya: VivianLee)
________________________________________
Ini lanjutan dari Istri Pemain Kartu. Menurut ane seh, ni cerita gak mirip ama poker wife. Ntah menurut anda sekalian. Kalo emang mirip tolong dikasih tau ya, miripnya di seri berapa. Makasih.. Just enjoy this story...


Istri Pemain Kartu (bagian 2.1) (Karya: VivianLee)

Butuh hampir satu bulan untuk memulihkan kehidupanku setelah lewat malam keparat itu. Aku sangat mencintai istriku sehingga aku harus menerima bahwa semua itu adalah salahku dan Lisa hanya melakukannya karena ia mencintaiku dan berpikir bahwa semua itu tak lain adalah keinginanku. Lisa sendiri tidak pernah menyinggung kejadian malam itu denganku. Dan kupikir selama aku tidak bertemu dengan Rony, Mario dan Karel lagi, semuanya akan berakhir sampai di sini. Namun setelah itu aku mendapat e-mail dari Rony.

E-mail tersebut berisi foto Mario sedang bersetubuh dengan istriku dari belakang. Foto ini diambil dari kejadian malam itu! Mario bukan hanya menggunakan kamera-kamera itu sebagai alat tayang pada malam tersebut melainkan ia juga menggunakannya sebagai alat rekam atas semua yang terjadi malam itu. E-mail itu juga berisi penjelasan bahwa jika aku tidak meminta satu permohonan kepada istriku, mereka akan menyebarluaskan seluruh video rekaman ke semua orang yang kami kenal. Teman kerja istriku, teman-teman kantorku, keluarga kami, semua orang! Permohonan yang mereka ajukan sederhana saja: Mereka ingin aku mengatakan kepada istriku bahwa aku sangat terangsang atas apa yang terjadi malam itu dan bahwa aku ingin ia mengenakan pakaian yang ia kenakan malam itu, membawa video kamera, datang ke rumah Rony, dan dalam beberapa jam itu ia harus menuruti semua perkataan mereka sama seperti yang ia lakukan di malam itu. Di e-mail itu dijelaskan pula bahwa selama Lisa melakukan semuanya itu mereka tidak akan menyebarkan video rekaman itu ke siapapun dan bahkan mereka mungkin memberikan video-video itu kepada istriku setelah selesai.

Aku harus menuruti permintaan mereka. Aku harus mendapatkan kembali video-video itu sehingga semua ini dapat berakhir. Memang memalukan namun aku memaksa diriku untuk datang ke istriku dan menjelaskan permintaanku untuk kali ini saja karena aku sangat terangsang dengan kejadian malam itu dan memastikan agar ia harus membawa balik video rekamannya. Kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya sebelum ia pergi adalah, "Aku melakukan ini semua hanya untukmu, Bud. Aku sayang kamu."

Empat jam kemudian istriku kembali dengan wajah yang sangat lelah dan rambutnya berantakan. Saat aku hendak memeluk dirinya ia menghentikanku. Lisa mencampakkan sebuah kaset video ke tanganku dan berkata, "Nih, ini yang kau inginkan." Tanpa berhenti, ia terus berjalan masuk ke kamar. Lisa benar-benar kesal memikirkan aku mengirimnya untuk melakukan ini semua. Namun sebenarnya aku hanya ingin menyelamatkan pernikahan kami. Aku bergegas ke ruang keluarga dan memastikan bahwa kaset video ini benar-benar berisi kejadian malam permainan kartu itu.

Aku menarik kursiku mendekat ke TV dan menekan tombol "play". Setelah beberapa detik, pada layar TV-ku aku melihat sebuah ruangan namun bukan ruangan tempat kami bermain kartu! Yang kulihat adalah sebuah ruang keluarga dengan dua sofa dan sebuah meja di antaranya. Karel duduk di salah satu sofa itu dan Rony duduk di sofa lainnya, jadi aku menduga Mario-lah yang memegang kamera. Istriku berdiri di samping meja dan kelihatannya sedang berbicara dengan Rony namun aku tidak dapat menangkap pembicaraan mereka dengan jelas karena Mario memegang kamera dari seberang ruangan. Video ini jelas-jelas bukan hasil rekaman malam itu! Mereka masih menyimpan kaset video tersebut dan mereka hanya memberikan hasil rekaman malam ini!

Perhatianku kembali ke layar televisi. Pengambilan gambar semakin mendekat saat Mario maju menghampiri mereka. Aku dapat mendengar suara Rony. "Jujur saja, gua ngga tau siapa, Lisa. Budi bilang dia akan mengirim seseorang datang kemari dan kita hanya boleh melakukan foreplay sampai orang itu datang." Lisa sangat kesal dan hal itu terlihat dari wajah Lisa yang termakan bualan Rony. Bagaimana bisa ia percaya aku mengirim seseorang ke sana sementara aku hanya menyuruhnya menuruti perkataan Rony, Mario dan Karel.

"Jadi sampai orang itu datang, apa yang ingin elu lakukan untuk foreplay, Lisa?" tanya Karel. Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa dan menunggu jawaban darinya. Lisa tidak menaruh minat sama sekali dan hal itu terlihat jelas dari raut wajahnya. "Apa saja. Tidak ada pengaruhnya denganku."

Rony membungkuk meraih kolong meja dan menarik sebuah tas. Lalu ia menjelaskan, "Elu kelihatannya bosan jadi lebih baik kita segera mulai aja permainan ini. Kita bermain Truth or Dare (Jujur Atau Tantangan)."

"Lalu tas itu buat apa?" tanya Lisa.

"Isi tas ini akan membantu kita melakukan foreplay," jawab Rony sambil mengosongkan isi tas tersebut ke atas bangku. Walau tak bisa melihatnya di layar TV, aku dapat mengira isi tas itu adalah berbagai jenis sex toy.

"Kami membeli mainan ini untuk membantu permainan Truth or Dare ini menjadi lebih menari," Rony menambahkan penjelasannya.

Rony melanjutkan lagi, "Aturannya adalah secara bergiliran kita akan mengajukan satu pertanyaan. Elu punya satu kesempatan untuk menjawab dan kalau kita pikir elu menjawab dengan jujur, elu bisa lanjut ke pertanyaan berikutnya tanpa harus melakukan tantangan. Tapi kalau elu menolak untuk menjawab atau kalau kita pikir elu berbohong berarti elu harus menjalankan tantangan dari orang yang sedang mendapat giliran bertanya."

Rony meletakkan tangannya di atas mainan-mainan itu, "Dan seperti yang sudah gua bilang, mainan ini untuk membuat tantangannya menjadi lebih menarik."

Lisa tidak menjawab dan hanya menunduk menatap barang-barang yang Rony maksud. Kemudian Mario pasti duduk di salah satu bangku di sana karena pengambilan gambar video tersebut sedikit bergerak turun namun aku masih belum dapat melihat sex toy yang berada di hadapan Lisa.

"Sebelum kita memulai ini, elu harus melepaskan BH dan celana dalam seperti malam itu," perintah Mario.

Istriku memasukkan kedua tangannya ke balik kaosnya dan melepaskan kait BHnya. Lalu ia menarik BH itu keluar tanpa memperlihatkan tubuhnya kemudian dengan hati-hati ia menurunkan celana dalamnya sambil memastikan roknya tetap pada tempatnya. Lisa masih mencoba mempertahankan harga dirinya walau Rony, Mario dan Karel jelas-jelas mempunyai maksud yang berbeda.

"Silakan duduk di atas meja supaya kita bisa langsung mulai," kata Rony.

Lisa menurut. Ia duduk di atas meja, menyilangkan kakinya lalu menurunkan ujung roknya untuk menutupi pahanya, memastikan Ronny tidak mendapat 'tontonan gratis'.

"Baik, gua mulai duluan!" kata Karel. "Lisa, elu pasti sudah menduga akan bermain seks dengan kita malam ini, jadi kenapa elu masih juga mengenakan BH dan celana dalam?"

Aku tidak dapat melihat wajah Lisa karena Mario duduk di seberang meja di hadapan Karel. Lisa menjawab, "Aku tidak keluar rumah tanpa mengenakan pakaian dalam, Karel. Aku bukan pelacur!"

Rony lalu berkata, "Giliran gua. Ok, elu bilang kalau elu bukan pelacur tapi elu tetap datang kemari walau sudah tau bakalan berhubungan seks dengan kita, tiga laki-laki sekaligus dan elu sudah menikah. Pertanyaan gua: bukankah itu bisa dibilang pelacur?"

Lisa menoleh ke arah Rony dan dilihat dari raut wajahnya aku tahu ia marah sekali. "Tidak, itu tidak bisa dibilang pelacur! Aku melakukan semua ini untuk suamiku dan hanya itu saja alasanku!" jawab Lisa dengan suara yang keras.

Mario menginterupsi ketegangan suasana tersebut, "Ah terserah deh, sekarang giliran gua. Lisa, waktu malam itu dari antara kita, elu paling suka berhubungan seks sama siapa? Gua, Karel atau Rony?"

Istriku menundukkan kepala sejenak lalu kembali memandang Mario yang sedang mengambil gambar dengan kamera video di wajahnya. Lisa memandang langsung ke lensa kamera seakan-akan ia sedang memandang langsung ke arahku. "Elu, Mario, Ok? Itu kan yang elu mau dengar?" katanya dengan nada kesal.

"Ah gua bilang dia bohong! Dia jelas-jelas paling suka sama gua!" teriak Karel.

"Gua juga ga setuju," tambah Rony.

Mario lalu berkata, "Hei, gua sih percaya sama kata-kata elu, tapi elu tetap harus menjalankan tantangan karena mereka pikir elu berbohong."

Mario memandang tumpukan sex toy di atas bangku dekat Rony dan meraih salah satu mainan. Saat ia mengangkat tangannya aku melihat ia memegang sebuah penis dari karet. "Gua tantang elu untuk mengoral dildo ini selama 2 menit," perintahnya.

Lisa mengerling dan menjawab dengan pelan, "Baik."

Lalu Lisa mendekati kamera untuk mengambil dildo tersebut dari tangan Mario tapi ia berkata, "Eh bukan begitu, gua akan pegang ini selama elu melakukannya."

Mario memegang dildo itu dengan satu tangan sementara tangan lainnya masih memegang kamera. Wajah istriku mulai memenuhi layar TV saat ia membungkuk menghampiri penis palsu itu. Lisa memasukkan ujung dildo itu ke dalam mulutnya dan mulai menghisapnya dengan perlahan keluar masuk. Setelah beberapa kali hisapan Lisa mulai melahap hampir setengah panjang dildo itu.

"Elu bisa melakukannya dengan lebih hot, Lisa. Ayo dong!" seru Karel.

Lisa berhenti barang satu atau dua detik lalu dengan sangat perlahan ia mendorong seluruh panjang dildo itu masuk ke dalam mulutnya sampai ke batas di mana tangan Mario memegang dildo itu.

Lisa menarik mundur kepalanya sehingga dildo itu keluar dari mulutnya dengan perlahan lalu mendorong lagi kepalanya sehingga bibirnya menyentuh jari-jari Mario. Begitu seterusnya kepala Lisa naik turun dan seluruh panjang dildo itu keluar masuk mulutnya.

"Satu menit lagi, Lisa. Tatap gua selama elu menghisap dildo ini."

Air ludah Lisa mulai meleleh ke jari-jari Mario yang memegangi dildo itu dan selama satu menit berikutnya aku harus menyaksikan pengambilan close up wajah istriku yang sedang mengoral penis palsu yang dipegang Mario sambil matanya menatap ke lensa kamera.

Karel akhirnya menyatakan bahwa waktunya sudah habis dan kini gilirannya lagi. "Lisa, berapa ukuran BH elu?" tanyanya.

Istriku menjawab pertanyaan mudah ini dengan cepat, "34C."

Mereka sepakat bahwa Lisa menjawab dengan jujur.

"Dengan ukuran 34C, elu bisa menghisap puting elu sendiri dong?" tanya Rony.

Lisa menoleh ke arah Rony dan kelihatannya ia mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini. Setelah mengambil beberapa saat untuk memutuskan jawaban yang paling tepat akhirnya ia menjawab, "Iya, aku bisa."

Mario dan Karel langsung memprotes dan berkata bahwa mereka pikir Lisa berbohong dan harus melakukan tantangan dari Rony.

"Oke, untuk membuktikan ini, gua menantang elu untuk memasukkan salah satu puting susu elu ke dalam mulut elu, terus tanpa menggunakan tangan elu harus menahannya selama satu menit di dalam mulut elu," perintah Rony.

Lisa mendesah panjang sambil matanya melirik ke atas selama sesaat. Lalu ia mengangkat bagian bawah kaosnya ke sekeliling lehernya. Kedua payudaranya terpampang di hadapan semua yang berada di dalam ruangan itu! Lisa mendorong payudara kanannya ke arah mulutnya. Jarak antara payudara dan mulutnya masih jauh sehingga istriku harus menundukkan kepalanya dan menekan payudaranya sedikit lebih tinggi. Baru setelah itu ia dapat memasukkan puting susunya ke dalam mulut.

"Tanpa bantuan tangan!" teriak Rony.

Perlahan-lahan Lisa menurunkan tangannya sementara berusaha menahan puting susunya di dalam mulutnya dengan menghisapnya dengan kuat. Hanya dalam beberapa detik setelah menurunkan tangannya, Lisa mengeluarkan suara "Mmph" kecil setelah menyadari bahwa dirinya harus menghisap lebih kuat dari yang ia duga.

Pipinya kini menjadi kempot dan aku dapat mendengar deru nafas melalui hidungnya sementara ia bergumul untuk menahan putingnya.

Setelah satu menit berada di posisi yang memalukan, Lisa akhirnya diijinkan untuk melepaskan payudaranya. Lisa segera menurunkan kaosnya untuk menutupi dadanya.

Kini giliran Mario dan ia baru saja hendak melemparkan pertanyaan kepada Lisa saat bel rumah berbunyi. Lisa hendak bangkit berdiri dari meja namun Rony menyuruhnya untuk tetap duduk di sana. Lisa jelas-jelas kelihatan gugup dan cemas. Lalu ia menatap ke bawah untuk memastikan tubuhnya sudah tertutup dengan benar. Semuanya tertutup dengan benar hanya saja istriku tidak dapat berbuat apa-apa untuk menutupi puting susunya yang keras menegang terlihat menonjol dari balik kaosnya.

Karel berteriak, "Ayo masuk, pintunya tidak dikunci!"

Setelah itu aku melihat mulut istriku tiba-tiba menganga terbuka saat ia melihat siapa yang baru saja masuk.

Lisa langsung memalingkan wajahnya dari orang itu dan mengarahkan pandangannya ke Rony lagi. Ia terlihat sangat malu. Ia menutup kedua matanya seakan berusaha untuk berharap agar semuanya langsung berakhir. Rony memandang ke orang tersebut dan menyuruhnya untuk masuk bergabung dengan mereka. Begitu figur orang itu masuk ke dalam layar TV, aku masih tidak dapat melihat siapa dia karena yang dapat kulihat hanyalah bagian pinggang ke bawah dari orang tersebut. Akan tetapi setelah itu Mario mendongakkan kameranya dan aku dapat melihat orang itu!

Ini sambungan dari Istri Pemain Kartu (bagian 2.1). Selamat menikmati...


Istri Pemain Kartu (bagian 2.2) (Karya: VivianLee)

Laki-laki itu adalah anak umur 18 tahun tetangga kami! Berandalan remaja yang istriku benci ini berdiri di hadapan kamera dengan senyum bodohnya! Sekarang pasti istriku tahu bahwa sebenarnya aku tidak mengirim berandalan karena kami berdua tidak menyukainya.

Andi adalah satu dari anak-anak bermasalah yang memasang musik keras-keras, menggunakan kata-kata kotor di manapun ia berada dan tidak pernah menunjukkan respek kepada orang lain. Rony tahu beberapa kali kami harus memanggil pihak berwenang saat pesta yang ia adakan di rumahnya menjadi tak terkontrol. Jadi aku menatap layar TV dengan penuh percaya diri bahwa istriku tidak akan jatuh pada perangkap ini.

Kemudian Karel berakting seakan-akan ia tidak mengenal Andi dan memintanya untuk memperkenalkan diri pada mereka semua. Setelah Andi memberikan cerita omong kosong tentang aku mengirimnya ke sana, Rony menegur Lisa bahwa ia telah berlaku tidak sopan dan menyuruhnya untuk berbalik badan dan menyapa Andi.

Istriku membalik badannya dan memandang Andi yang masih berdiri di sana dan menyapa, "Hai."

Lisa benar-benar kesal dan aku yakin kali ini sudah melewati batas toleransinya!

"Halo, Bu Lisa," sapanya balik.

"Ah elu pakai 'Bu' segala! Panggil Lisa saja, cukup," protes Rony. "Dia baru umur 32 jadi ga perlu dipanggil 'Bu'. Lagipula, elu tau kan kenapa elu dikirim ke sini?"

"Yah, kira-kira gua udah ada gambaran sih dari omongan Budi waktu dia menyuruh gua datang ke mari," jawab Andi.

Istriku menatapku dengan memandang ke arah kamera dan memberikan pandangan kecewa kepadaku.

Rony bertanya, "Jadi, Lisa, bagaimana kalau elu kasih tau Andi untuk apa dia datang ke mari?"

Istriku menunggu beberapa detik untuk menenangkan dirinya dan berkata, "Kita sedang bermain Truth or Dare, hanya itu yang aku tahu."

Lisa mencoba berlagak lugu dan tidak mempermalukan dirinya dengan mengatakan alasan yang sesungguhnya kepada Andi bahwa ia berada di sana untuk menyetubuhinya.

Rony lalu berkata, "Oh, iya, Truth or Dare, benar. Andi, ayo tarik bangku satu lagi jadi kita bisa melanjutkan permainan ini. Tapi ambilkan bir dulu dong buat kita semua. Birnya ada di dapur."

Dua menit kemudian Andi kembali membawa sebuah kursi dan duduk di tempat ia berdiri sebelumnya. Lisa kini dikelilingi oleh seorang laki-laki di masing-masing sisi meja. Rony duduk di depannya, Mario di sebelah kiri, Karel di sebelah kanan dan Andi duduk di belakangnya. Setelah Andi membagikan bir kepada mereka, dengan cepat-cepat Mario menjelaskan peraturan permainan ini karena ia sudah ingin kembali melanjutkan permainan ini yang mana kini adalah gilirannya untuk bertanya.

"Oke Lisa, elu ngga benar-benar mengatakan alasan Andi datang ke mari. Jadi pertanyaan gua adalah: Mengapa Andi datang ke sini?" tanya Mario.

Lisa memandang ke bawah dan menutup matanya, mencoba untuk mencari jawaban yang paling pas. Jika istriku menjawab bahwa ia tidak tahu maka mereka pasti akan mengatakan bahwa ia berbohong dan akan menyuruhnya untuk melakukan tantangan. Namun jika istriku mengatakan alasan yang sebenarnya maka ia akan mempermalukan dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa dirinya akan berhubungan seks dengan anak berandalan dari sebelah rumah! Lisa membutuhkan waktu hampir satu menit untuk memutuskan apa jawaban yang akan ia berikan. Lalu ia memandang Mario dan menjawab, "Aku rasa untuk bermain Truth or Dare?"

Sudah jelas Lisa tidak dapat menerima dirinya dipermalukan dengan mengatakan bahwa Andi ada di sana untuk berhubungan seks dengannya.

Sudah tentu mereka tidak percaya karena mereka sadar bahwa Lisa tahu jawaban yang sesungguhnya. Jadi Mario memberinya tantangan, "Elu nakal, ya, masih juga berbohong sementara kita tahu jawaban yang sebenarnya. Jadi tantangan ini merupakan hukuman karena sudah berlaku nakal. Gua menantang elu untuk berbaring menghadap ke bawah di atas meja dan meminta kita untuk menampar pantatmu."

Lisa memejamkan matanya dan terlihat tak berdaya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, dengan perlahan ia berbalik dan berbaring di atas perutnya sambil memastikan kaos dan roknya masih menutupi bagian-bagian tubuhnya.

Mario mengarahkan kameranya ke arah pantat Lisa dan berkata, "Yah, untuk ini elu harus membuka rok elu, Lisa."

Istriku meraih bagian belakang roknya dan dengan perlahan ia mengangkatnya sampai kedua bulatan pantatnya terpampang di hadapan mereka.

"Oke, kita sudah siap. Silakan, Lisa," perintah Mario.

"Tolong tampar pantat aku," pinta istriku.

Rony menyela, "Bukan, bukan! Tantangannya adalah elu harus meminta setiap dari kita untuk menampar pantat elu. Jadi itu yang harus elu katakan. Ayo, Lisa, cepat supaya semua ini bisa berlalu."

Lisa langsung berseru balik kepada Rony dengan nada kesal, "Ya sudah! Rony, tolong tampar pantatku!"

PLAK!! Rony menampar dengan keras pantat kiri Lisa dan ia terlonjak kaget.

Setelah beberapa saat, "Karel, tolong tampar pantatku!"

PLAK!! Karel juga menampar dengan keras pantat kiri Lisa dan ia melenguh "mmph" menahan pedih.

Nafas Lisa menjadi berat lalu berkata, "Mario, tolong tampar pantatku."

Mario meletakkan kamera di atas kursinya sehingga ia dapat menampar pantat Lisa. Aku tidak dapat melihat mereka namun aku mendengar suara tamparan yang paling keras.

PLAKK!!! Dan Lisa mengaduh kesakitan, "Aawww!!"

Mario lalu duduk kembali dan menggunakan kamera untuk men-zoom ke daerah pantatnya.

Pantat kiri istriku sangat merah sedangkan pantat kanannya masih putih.

Kemudian Lisa berkata, "Andi, tolong tampar pantatku."

Andi meletakkan tangannya di atas pantat kiri Lisa yang merah. "Elu harus memohon," katanya.

"Aku mohon, Andi, tolong tampar pantatku," kata Lisa sekali lagi.

PLAK!! Andi menampar keras pantat kiri Lisa dan menahan tangannya di sana lalu meremas pantat istriku dengan sepenuh tenaga. Istriku memberi respon dengan mengeluarkan lenguhan panjang, "Mmmmmmphhh!" sampai akhirnya Andi melepaskan remasannya.

Karel menyatakan bahwa kali ini adalah gilirannya saat istriku bangkit lalu duduk sambil menurunkan roknya kembali untuk menutupi tubuhnya.

"Lisa, elu kan tinggal bersebelahan dengan Andi. Pernah ngga elu berpikiran untuk berhubungan badan dengan dia?" tanya Karel.

Aku tidak dapat melihat reaksi wajah Lisa karena wajahnya menghadap ke Karel namun aku dapat membayangkan wajah Lisa yang penuh kejijikan saat itu.

"Ngga, Karel! Aku tidak pernah berpikir tentang hal itu, sama sekali!" jawab Lisa dengan tegas.

Tidak ada seorangpun yang tidak setuju dengan pernyataan Lisa dan sekarang tiba giliran Rony.

"Oke, Lisa, mungkin memang benar kalau elu ngga pernah benar-benar memikirkan hal itu sebelumnya. Tapi sekarang setelah elu tau apa maksud kedatangan Andi ke sini, apa yang elu pikirkan sekarang? Apa yang elu pikirkan dengan mengetahui fakta bahwa pada akhirnya elu akan berhubungan badan dengan tetangga elu?" Rony bertanya saat Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa.

Istriku menoleh ke Rony dan berseru, "Pertama-tama, dia bukan tetanggaku. Dia cuma anak tetanggaku yang masih ingusan! Jadi aku tidak memikirkan hal ini sama sekali!" Lisa terlihat sangat amat marah sekarang.

Rony menyatakan bahwa ia berpikir Lisa berbohong. "Bohong! Elu pasti berpikir banyak tentang hal ini, Lisa. Elu pasti berpikir betapa canggungnya harus bertemu Andi di lingkungan rumahmu setelah dia mengentot elu," bantah Rony tanpa perasaan.

"Atau berpikir suami elu bisa menjadi cemburu karena anak yang baru mengentot istrinya tinggal di sebelah rumah," tambah Karel.

Mereka semua setuju bahwa Lisa berbohong dan Rony mendapat kesempatan untuk memberi tantangan.

"Lisa, gua mau elu baca sesuatu untuk Andi," kata Rony begitu a mengambil secarik kertas lalu mulai menulis sesuatu di atasnya. Satu menit berlalu, ia menyerahkan kertas itu kepada Lisa dan berkata, "Ini, tantangan gua adalah elu harus membacanya kepada Andi. Tapi elu harus menatap wajah dia saat elu membacakan tulisan itu. Jadi baca satu baris lalu katakan ke Andi sambil memandang wajahnya lalu baca baris berikutnya dan seterusnya sampai selesai," katanya lagi.

Istriku membaca isi kertas itu dan menarik nafas dalam-dalam. Lalu ia memutar tubuhnya sehingga berhadapan dengan Andi dan mendongakkan kepalanya. "Andi, walau sejak lama gua udah bertingkah terhadap elu, gua selalu pengen dientot sama elu." Istriku mengucapkannya ke wajah anak berandalan itu!

Lisa menundukkan kepalanya lalu mendongak lagi untuk meneruskan bacaannya. Tapi Rony menyelak, "Elu harus mengucapkan lebih dekat lagi, muka dengan muka, dekati muka elu dengan muka dia."

Lisa beringsut ke ujung meja dekat Andi dan mencondongkan tubuhnya mendekat sehingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Andi. Lalu ia lanjut membaca kalimat dari kertas itu dan mengucapkannya sambil menatap mata Andi, "Gua mau elu ngentotin gua dengan penuh nafsu supaya gua selalu memikirkan elu waktu gua ada di rumah." Ia benar-benar mengatakannya!

Istriku menundukkan kepalanya untuk membaca lagi, menunggu beberapa detik lalu mendongak untuk mengatakan, "Gua mau elu ngentotin gua sekarang juga, Andi."

Andi bangkit berdiri dan menurunkan celana jeansnya lalu melepaskan celana dalamnya. Penisnya sudah keras dan membesar terlihat jelas di layar TV. Andi menarik kaki istriku melewati ujung meja sehingga istriku terbaring terlentang di atas meja. Saat Andi menarik tubuh istriku mendekatinya, rok istriku tersingkap sampai ke atas pinggang dan tidak menutupi apa-apa lagi!

Istriku menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk menenangkan dan mempersiapkan dirinya untuk disetubuhi oleh remaja berandalan tetangga kami! Andi menaruh kaki Lisa di kedua pundaknya lalu membuka paha istriku. Andi sudah hampir mengentoti istriku!
Istri Pemain Kartu (bagian 2.3) (Karya: VivianLee)


Kemudian Andi membiarkan kedua kaki istriku turun ke atas meja lalu menarik tubuhnya sehingga Lisa berada dalam posisi duduk.

"Begini deh, Lisa. Walau elu bilang kalau elu mau gua entotin elu sekarang, gua akan kasih elu kesempatan untuk lepas dari tantangan itu. Tapi itu pun kalau elu mau. Karena gua tau tantangan tersebut akan membuat suasana jadi canggung antara kita pada kemudian hari," Andi menjelaskan.

Mata istriku bersinar penuh harap. Lalu Andi melanjutkan, "Gua akan kasih elu waktu 5 menit untuk mengocok, mengoral penis gua, terserah apa saja yang bisa elu lakukan. Kalau elu bisa bikin gua sampai ngecrot dalam waktu 5 menit itu, kita hentikan semua permainan ini dan elu boleh pulang. Bagaimana?"

Aku mendengar suara Rony terdengar dari samping, "Nah, ini baru asik nih. Tunggu, tunggu, kita akan mulai setelah dia siap. Bagaimana Lisa, elu sudah siap? Elu punya waktu 5 menit untuk membuat Andi klimaks atau dia bakal ngentotin elu."

Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa saat Karel berkata, "Oke, mulai.... sekarang!"

Istriku meraih penis Andi yang sudah menegang dan mulai mengocoknya dengan perlahan. Setelah sekitar 30 detik, Lisa mulai mengocoknya dengan lebih cepat berharap dapat mendorong Andi mencapai klimaks.

"Empat menit lagi," Rony mengumumkan sisa waktu. Lisa menatap penis Andi dan mulai mengocok dengan lebih cepat lagi.

Lalu Lisa menarik rambutnya ke salah satu sisi wajahnya lalu membasahi bibirnya. Dia hendak menghisap penis Andi! Istriku membungkukkan tubuhnya lalu melahap penis tersebut masuk ke dalam mulutnya. Dengan penis Andi di dalam mulutnya, kepala Lisa bergerak naik turun perlahan selama hampir satu menit. Kemudian ia berhenti mengoralnya dan mulai mengocok penis itu dengan cepat lagi sambil menatap wajah Andi untuk melihat apakah ia sudah hampir mencapai klimaks.

"Dua menit lagi!" teriak Rony.

Istriku menungging dan melahap penis Andi lagi dengan mulutnya. Kali ini ia memasukkan penis itu lebih dalam sehingga seluruh panjang penis Andi masuk ke dalam mulut Lisa setiap kali kepala Lisa bergerak turun. Gerakan naik turun kepala Lisa semakin lama menjadi semakin cepat sementara air liurnya mulai meleleh dari ujung mulutnya.

"Sisa waktu elu tinggal 1 menit, Lisa!" kata Rony.

Hampir putus asa, Lisa menarik ujung kaosnyanya ke atas dan menekan penis Andi masuk ke antara payudaranya. Dari samping Lisa menekan kedua payudaranya sehingga menggepit penis Andi dengan mantap dan mulai menggerakkan tubuhnya naik turun seakan mengocok penis tersebut dengan payudaranya.

Lisa sedang berusaha sedemikian rupa agar berandalan ini ejakulasi sehingga ia tidak perlu berhubungan seks dengannya!

"Tiga puluh detik lagi! Ayo!" teriak Rony. Istriku menghentikan usahanya dengan payudaranya dan mulai mengocok penisnya dengan cepat lagi sambil menatap wajah Andi.

Lisa memohon kepada Andi dengan putus harap, "Ayo Andi! Elu tahu kalo elu mau klimaks. Ayo lepasin aja! Semprot sekarang! Lihat, gua sudah menunggu," Lisa memohon dengan membuka mulutnya tepat di depan kepala penis Andi.

Ia sudah mencoba segalanya namun Rony mengumumkan bahwa waktunya sudah habis. Dengan nafas memburu, Lisa melepaskan penis Andi dengan kecewa.

Andi memandang Lisa dan berkata, "Jangan kuatir, gua akan ngecrot kok nanti, Lisa."

Andi menarik kaki Lisa sehingga tubuhnya terbaring terlentang di hadapannya. Lalu ia meletakkan masing-masing kaki Lisa di atas bahunya sehingga pahanya terbuka. Istriku terbaring terlentang menatap langit-langit, menunggu dientot Andi dan tidak ada yang dapat menghentikannya sekarang!

Lalu Andi berkata, "Elu bisa masukin sekarang, Lisa!"

Dengan tangannya, istriku meraih penis Andi dan menggiringnya masuk ke dalam tubuhnya! Punggung Lisa meliuk naik saat Andi mendorong masuk seluruh penisnya dengan gerakan perlahan. Setelah itu Andi, bocah ingusan tetangga sebelah, mulai mengentot istriku! Mata Lisa terbuka menatap langit-langit sementara tubuhnya bergoyang-goyang seirama dengan gerakan pinggul Andi. Aku dapat mendengar suara kulit menghajar kulit.

Setelah sekitar lima menit, Andi membungkuk, menempelkan tubuhnya ke atas tubuh istriku sehingga menekan kedua pahanya ke dadanya. Kini muka bertemu muka, Andi memagut bibir istriku dan menciumnya dalam-dalam sambil mengentot istriku dengan gerakan lembut. Istriku mulai mengerang-erang namun suaranya tertahan oleh mulut Andi.
Dia mulai panas!" kata Rony.

"Iya, seperti waktu itu. Gua udah tau deh!" tambah Karel.

Gerakan pinggul Andi semakin cepat. Ia menghentikan ciumannya sehingga ia dapat memandangi wajah Lisa. Istriku sudah basah oleh keringat dan nafasnya sudah memburu.

Mario men-zoom kamera sampai wajahnya memenuhi layar TV. "Ngomong sesuatu ke suami elu yang nonton video ini di rumah, Lisa," perintahnya.

Istriku menoleh dan menatap ke lensa kamera namun tidak berkata apa-apa.

"Ayo dong, ngomong apa aja!" teriak Andi dan setelah itu terdengar sebuah tamparan.

Lisa memejamkan matanya menahan perih lalu membuka matanya lagi menatap ke arahku.

"Aku harap...(hhh)... kamu... (nhhh)... kamu senang... (hhhh)...," ucap istriku dengan nafas mendesah. Lalu ia memalingkan wajahnya. Ia benar-benar kesal denganku dan aku tidak dapat menyalahkan dia. Aku seharusnya tidak mengirimnya ke rumah Rony dan kini aku harus membayar dengan harga yang mahal.

Dengan tubuhnya berada di atas tubuh istriku, Andi terus memompa penisnya keluar masuk vagina Lisa yang membuat nafas istriku semakin memburu. Sesekali terdengar desahan Lisa di tengah nafasnya yang menderu.

Lalu Andi bertanya, "Apa elu sudah siap untuk berorgasme, Lisa?"

Andi mulai memperlambat gerakan pinggulnya namun mendorong penisnya masuk dengan lebih bertenaga.

Di antara nafas yang terengah-engah, istriku menjawab, "Iya... (mmhhh)... lakukan... (hhhh)... selesaikan... (ahhh)...."

Akhirnya Andi terlihat seperti sudah hampir mencapai klimaks. Satu dorongan panjang masuk ke dalam istriku, Andi menahan penisnya di dalam tubuh Lisa. Istriku mulai menggeliat dan mendesah panjang. "Gua belum selesai!" kata Andi.

Ia mengeluarkan penisnya dari dalam tubuh Lisa dan membalik tubuh Lisa ke posisi doggie-style!

Dalam posisi merangkak, istriku menunggu Andi mengentotnya dari belakang.

"Tampar pantatnya! Dia suka tuh!" teriak Mario.

"Bener nih?" Andi bertanya kepada Lisa.

Andi menampar keras pantat Lisa! PLAK! Dan sekali lagi.

"Lisa, elu suka ini?" tanyanya lagi. PLAK!

Istriku membuka suara untuk menghentikan pelecehan ini, "Balik ke seks aja deh, Andi."

PLAK!! Tangannya menampar pantat Lisa sekali lagi. "Oke, kalau begitu masukin lagi!" perintah Andi.

Aku harus menyaksikan istriku meraih ke belakang dan menarik penis Andi masuk ke dalam tubuhnya!

Andi memegang pinggul Lisa dan dengan kedua tangannya menggerakkan pinggul Lisa sehingga Lisa mengentoti penis Andi dalam posisi doggie-style. Karel lalu berkata bahwa ia sudah tidak tahan dengan hanya menonton. Lalu ia menanggalkan celananya. Ia berjalan mengitar dan menukar tempat dengan Rony sehingga ia berhadap-hadapan dengan kepala istriku. Karena sedang menunduk, Lisa tidak mengetahui kalau Karel sedang berdiri di depannya dengan penis yang menantang.

Lalu Andy menjambak rambut Lisa dan menariknya ke belakang sehingga memaksa kepalanya mendongak dan menatap tepat penis Karel. Karel meraih penisnya dan menamparkannya ke wajah Lisa beberapa kali sampai akhirnya Lisa memasukkan penis itu ke dalam mulutnya dan mulai menghisapnya.

Mario bergerak mundur sehingga dapat mengambil seluruh adegan ini dalam satu layar dimana istrku dalam posisi merangkak dientot dari depan belakang oleh Karel dan Andi. Lisa terhimpit di tengah-tengah dua penis dan sekarang sudah mengerang-ngerang dengan suara keras.

Setiap kali Andi menghujamkan penisnya ke dalam tubuh istriku dari belakang, Lisa terdorong ke depan sehingga penis Karel amblas masuk sampai ke kerongkongannya. Setelah dua menit berlalu aku dapat mendengar desahannya berubah menjadi suara tersedak dan liur mulai menetes dari dagunya. Lisa akhirnya berhenti mengoral Karel. Ia menatap Karel dengan pandangan memprotes dan berkata, "Sudah cukup. Gua ngga bisa nafas nih!"

Rony lalu maju dan mencengkram wajah Lisa dan berkata, "Wah, elu salah! Elu masih harus menservis dua penis lagi setelah mereka berdua puas." Kepala istriku jatuh lunglai dengan pasrah mendengar perkataan Rony. Sementara itu Rony dan Mario mulai menanggalkan celana mereka.

"Kelihatannya masih banyak proyek yang harus elu selesaikan," kata Mario saat Lisa menyadari kini di dalam ruangan itu ada empat penis yang tegang dan mengeras yang menunggu dipuaskan olehnya.

Lalu Andi menukar posisi dan kini ia berbaring di atas meja dengan istriku berada di atasnya. Saat istriku menggenjot penis Andi, Rony mengambil posisi di belakang mereka lalu mulai menekan penisnya ke anus Lisa dari belakang.

Lisa mengeluarkan suara dengan keras, "Uhhmmmpphh...," saat kedua lubang dalam tubuhnya dimasuki oleh penis Andi dan Rony. Sementara itu Karel masih berdiri di depan Lisa menunggu istriku menuntaskan oral yang terhenti tadi. Akan tetapi kepala Lisa masih tertunduk lunglai dengan desahan-desahan terdengar keluar dari mulutnya akibat dua penetrasi yang sedang diterima tubuhnya.

Akhirnya Karel bosan menunggu lalu menarik tangan kanan istriku untuk menggenggam penisnya yang sudah keras. Dengan hati-hati Mario menaruh kamera di atas kursi sehingga dapat mengambil seluruh adegan itu. Lalu ia berjalan menghampiri mereka dan meraih tangan kiri istriku untuk menggenggam penisnya.

Dientot dua penis sekaligus dan menahan seluruh berat tubuhnya dengan penis yang berada di kedua genggamannya, sungguh membuat birahi dalam tubuhnya meletup-letup! Lisa mulai berteriak dengan keras sementara dengan penuh nafsu mengocok kedua penis Karel dan Mario. Andi dan Rony sudah tidak lagi menggerak-gerakkan pinggul mereka karena istrikulah yang menggenjot pinggulnya sehingga kedua penis mereka bergerak keluar masuk tubuhnya! Aku tahu Lisa akan segera mencapai orgasme dan aku belum pernah melihatnya senafsu ini!

Penis Mario mulai menyemprotkan sperma dari kocokan istriku dan ia menundukkan kepalanya untuk menjilati sperma yang keluar. Lisa masih berada di kondisi hampir orgasme saat penis Karel juga menyemburkan lelehan sperma dalam jumlah besar yang hampir semuanya dapat ia tangkap di dalam mulutnya.

Lalu dengan kedua tangannya masih menggenggam penis Karel dan Mario, penis Andi berada di dalam vaginanya, dan penis Rony berada di dalam anusnya, serta mulut penuh dengan sperma, orgasme Lisa meledak dengan dahsyat.

"OOAHHHHGG... GILAAAAAA!!!" teriak istriku selagi tubuhnya menggelepar-gelepar karena tidak dapat menahan dentuman orgasme yang menghantam tubuhnya bertubi-tubi.

Andi menghujamkan dorongan terakhir dan menumpahkan muatan spermanya di dalam vagina Lisa dan tak lama setelah itu tubuh Rony pun mengejang. Lisa merasakan cairan sperma Rony meletup-letup di dalam anusnya.

Lalu istriku mengatakan sesuatu yang tidak akan pernah dapat aku lupakan. "OOOOHHH... GILLAAAA... enak bener ngentotnya!!!" Ia mengatakannya dengan cepat namun aku mendengarnya!

Mereka semua mundur dari tubuh Lisa meninggalkannya tergeletak di atas meja terengah-engah kelelahan.

Mario mengambil kamera, berjalan mengitari meja dan menyorot selangkangan Lisa di mana lelehan sperma keluar dari anus dan vaginanya. Lalu ia berjalan ke depan dan menyorot wajah istriku yang juga dipenuhi oleh cairan sperma di pipi dan dagunya.

Mulut Lisa menganga untuk membantu menyedot udara di tengah nafasnya yang terengah-engah. Rony menghampiri telinga Lisa dan berkata, "Ayo ngaku, Lisa, elu belom pernah orgasme sehebat ini, kan?"

Lisa hanya mengeluarkan erangan kecil dan terus berusaha untuk menenangkan deru nafasnya.

Rony berseru bahwa ia tidak dapat mendengar jawabannya. "Ayo ngaku aja, Lisa!"

Kemudian istriku memutar tubuhnya sehingga ia terbaring terlentang di atas meja. Dadanya bergerak naik turun dan kembang kempis seiring dengan nafasnya yang tidak kian mereda. Lisa akhirnya menjawab di tengah nafasnya yang menderu, "Iyah... (hmhh) oke... (hhh) gua belum pernah... (ohhhh)"

Lalu rekaman video itu selesai! Aku tidak dapat mempercayai isrtiku berkata kepada anak berandalan tetangga sebelah bahwa ia mendapat orgasme yang lebih hebat dengan dia dibanding dengan diriku! Aku terduduk di kursi dengan pikiran yang berkecamuk. Aku tahu Lisa melakukan ini semua karena ia berpikir aku menginginkan ia melakukannya, tapi apakah ia benar-benar menikmatinya? Aku terlelap dan bermimpi semua ini akan segera berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar